Sub Berita

Thursday, December 6, 2012

Gereja GKDI menjadi Contohan

Sharah Febrina - Politik



Jakarta – Menurut pendapat Harliem, salah satu pendiri dan Pemimpin Gereja GKDI, Sejarah Gereja GKDI adalah Pada tahun 1990, 8 orang Indonesia yang merupakan anggota jemaat Central Christian Church di Singapura dan sepasang mahasiswa Indonesia di Amerika, pergi meninggalkan kehidupan nyaman mereka di negara maju untuk memulai menanam gereja di Jakarta. Mereka memulai kebaktian perdana di ruang tamu di sebuah rumah di daerah Jakarta Pusat. Pada tahun 1992, John Philip Louis dan istrinya, Karen Louis, datang dari Singapura untuk memimpin jemaat dan melatih para pemimpin di Jakarta. dan tidak hampir setahun, jemaat bertumbuh menjadi 280 orang. Pada awalnya, jemaat bernaung di bawah Gereja Elim Tabernakel di daerah Jakarta Pusat dan nama yang diberikan adalah Jemaat Kristus Penginjilan Nusantara.  Pada tahun 1993, misi pertama ke Surabaya dikirim dan dipimpin oleh pasangan muda, Budi dan Liphin Kusmartono. Pada tahun 1994, John Louis, dalam seminar misi tersebut, memperkenalkan Rencana - rencana Penginjilan Nusantara (OPN) untuk Indonesia.  Pada tahun 1994, 12 orang yang dipimpin oleh Johnson dan Alin Sibuea dikirim untuk memulai gereja di Medan, lalu Manado (1995) dipimpin oleh Donald dan Monica Warouw, Denpasar oleh Hocky and Sharon Purwanto, Pontianak oleh Muksin dan Lily, serta Bandung oleh Sahat Hutagalung dan Lily Djohan (1996). “Menjelang akhir tahun 1996, saya Harliem dan istri saya Vania Salim ditunjuk untuk memimpin Gereja GKDI di Indonesia,” jelas Harliem.  Pada tahun 1998, misi yang dipimpin oleh Agustinus dan Silvi dikirim ke Jayapura, sebagai titik akhir Rencana Penginjilan Nusantara (OPN) tahap pertama (menginjili kota - kota utama di pulau-pulau terbesar yaitu: Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya). Misi berikutnya dimulai di kota - kota besar lainnya, seperti Batam (2000), Semarang dan Yogyakarta (2002). dan pada tahun 2001, gereja ini berganti nama menjadi Gereja Kristus Di Indonesia (GKDI). Selain itu di Gereja GKDI juga melayan dalam kerohanian dan konseling dalam keluarga. Gereja GKDI juga berkontribusi dan memberkati masyarakat Kristiani, seperti mendukung HOPE Worldwide Indonesia dan Haggai Insitute.  HOPE Worldwide Indonesia adalah sebuah NGO (Non Governmental Organization) atau LSM yang sudah terdaftar di badan PBB. Anggota jemaat di GKDI juga terlibat aktif bersama dalam menjalani HOPEWW untuk melakukan kegiatan - kegiatan sosial yang ada di seluruh Indonesia, seperti: mengadakan aksi donor darah, Walkathon (jalan sehat massal), membantu korban - korban bencana alam dan konseling pemulihan bencana, dan masih banyak lagi.  “kami tidak hanya mendukung secara finansial, tetapi kami juga mengambil waktu di luar jam kerja kami untuk bisa melayani di daerah - daerah terpencil dan menolong mereka yang membutuhkan uluran tangan kita sebagai satu keluarga besar jemaat Gereja,”ucap Harliem.

“Sistem politik yang dianut di gereja GKDI adalah menganut sistem demokrasi, dan tidak ada sistem voting dalam pemilihan seorang pemimpin atau pendeta, tetapi bagi mereka yang ingin mencalonkan dirinya sebagai pendeta, dia harus bisa membawa para jemaatnya kearah yang lebih baik, memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat dan tidak bimbang dalam mengambil suatu keputusan. Karena bagi saya,  menjadi seorang pemimpin itu tidak mudah, banyak suka dan dukanya. Sukanya itu karena saya bisa membimbing jemaat saya kearah yang lebih baik lagi, bisa saling peduli dengan kehidupan orang lain dan bisa saling membantu hidup orang lain. Kalau dukanya itu, mungkin masih banyak jemaat yang susah untuk di bimbing, dan ada juga yang susah untuk di nasehatin yang masih dengan pendiriannya sendiri.  Saya hanya bisa berdoa supaya mereka bisa di bantu lebih baik lagi,” ujar pendeta Richo.  Dalam pemilihan seorang pendeta, dia harus siap lahir batin, siap dalam memimpin, siap dalam melayani, siap menanggung semua resiko, siap membimbing para jemaatnya dan siap menjadi contohan bagi jemaatnya yang ada di Gereja tersebut.  

Di gereja ini juga memiliki group masing – masing, didalam group mereka memiliki satu pembimbing yang bisa membantu hidup kita supaya lebih baik lagi dari sebelumnya. Bukan hanya group anak – anak muda, tetapi group dari Teens, Kampus, Pria Ilahi, Wanita Allah, Single sampai Merried juga memiliki pembimbingnya masing – masing yang bisa saling membantu satu sama lain. “Saya sudah 5 tahun menjadi jemaat di Gereja GKDI, saya merasa sangat beruntung bisa menjadi salah satu jemaat disini, karena disini saya belajar banyak hal yang belum pernah saya pelajari sebelumnya. Saya bisa lebih bertumbuh dalam hal iman, bisa bertumbuh dalam hal karakter, pelajaran - pelajaran yang diberikan oleh setiap pendeta dan pembimbing saya bisa dipahami dan dimengerti untuk hidup yang lebih baik, bisa dibimbing, bisa saling membantu dan peduli akan hidup orang lain dan bisa memiliki suatu group kerohanian dengan jemaat yang lainnya”, ujar ibu Nami, salah satu jemaat gereja GKDI.

No comments:

Post a Comment