Sub Berita

Tuesday, December 4, 2012

Kesenian Barong Landong Bengkulu terancam punah


Jakarta – Para pengamat budaya yang tergabung membentuk sebuah komunitas lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ), menyimpulkan bahwa kesenian barong landong yang menjadi identitas asli masyarakat Bengkulu terancam punah.

“Pemerintah kota provinsi Bengkulu harus adil dalam melestarikan kebudayaan yang ada di daerahnya. Tidak boleh menomorsatukan yang satu dan menganak-tirikan yang lain. Karena sebenarnya Bengkulu memiliki ciri tersendiri dari setiap keseniannya. Yang perlu dilakukan adalah mengenali jenis keseniannya. Dan bisa juga kita mempromosikannya melalui sosial media seperti facebook, twitter, dan tumblr” tanggapan dari seorang lulusan Sekretaris AKSEMA Saint Mary, Ike Diah Rahmawati.

Selama ini, pemerintah kota provinsi Bengkulu hanya memperhatikan upacara tabot, ikan-ikan, telong-telong. Terbukti semua jenis kesenian dan permainan asli Bengkulu masih tetap bertahan, kecuali barong landong.

“Ada rasa empati sekaligus bangga. Karena saya adalah bagian dari warga Indonesia yang mempunyai kultur budaya yang harus tetap dilestarikan” tuturnya menambahkan.

Kesenian ini diciptakan sebagai ungkapan rasa syukur warga setempat setelah panen padi. Terakhir tampil tahun 1959-1960. Dan akan diperkenalkan kembali pada Festival Tabot yang telah digelar pada 14 hingga 24 November 2012 dihadapan publik yang diharapkan mampu menarik perhatian warga untuk meneruskan kesenian ini.

Manajer Bentara Budaya dari Kompas Gramedia (KG), Paulina Dinartisti menyimpulkan bahwa terancam punahnya kesenian ini adalah bukan sepenuhnya wewenang pemerintah dan pihak terkait saja, melainkan kita sebagai warga yang sadar berbudaya yang seharusnya juga turut melestarikan kesenian barong landong tersebut.

“Karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa Indonesia adalah Negara yang mempunyai deretan kebudayaan asli milik bangsa harus terus dilestarikan agar keberadaannya tidak tergerus oleh perkembangan jaman dan modernisasi,” katanya menambahkan.

“Sebagai masyarakat Indonesia yang bangga dengan budayanya, saya akan melakukan suatu hal untuk menyelamatkan Barong Landong yang terancam punah. Caranya adalah membuat komunitas dan mulai menampilkan acara kesenian ini dalam acara-acara daerah. Tidak perlu muluk-muluk untuk membawa Barong Landong ke kancah dunia. Mulai dari dalam negeri dulu. Ingat, semua hal yang baik harus dimulai dari diri sendiri yang effortnya bisa mempengaruhi orang lain” ucap Dominique Eunisius, lulusan Desain Mode & Busana Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

“Terancam punahnya kesenian ini bisa jadi akibat dari kurangnya dana yang dianggarkan oleh pemerintah daerah kota Bengkulu, sehingga tidak lagi diangkat dalam acara-acara kesenian daerah. Semuanya perlu berpartisipasi untuk melestarikan budaya ini” kata Paulina Dinastisti menutup perbincangan. (Eleonora Feberiani)

No comments:

Post a Comment