Sub Berita

Monday, December 3, 2012

KNPI minta Pemerintah menanggapi tuntutan diplomasi budaya


Jakarta – Manajer Bentara Budaya dari Kompas Gramedia (KG), Paulina Dinartisti yang ditemui di Jakarta, hari Rabu (14/11) siang, turut menanggapi pernyataan dari Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) kepada pemerintah Indonesia untuk melakukan tindakan cepat dalam mendaftarkan seluruh situs budaya asli bangsa Indonesia ke badan dunia UNESCO agar tidak lagi terjadi klaim-klaim budaya seperti yang sering dilakukan oleh Negara tetangga, Malaysia.

“Kita tahu, bahwa Malaysia sudah seringkali melakukan klaim budaya milik Indonesia. Setelah batik, tari reog ponorogo yang diakui sebagai tari barong oleh Malaysia, lagu daerah rasa sayange asal Maluku, kini tarian tor-tor dan musik gondang sambilan asal ranah batak juga ikut diklaim oleh mereka. Lalu apalagi setelah ini?” katanya melanjutkan.
Selama ini pemerintah dinilai tidak berdaya dalam melakukan tindakan untuk mendaftarkan aset budaya bangsa ke UNESCO. Dan pemerintah juga tidak tegas dalam menyikapi klaim-klaim yang dilakukan Malaysia.
“Kalau dikaji lebih jauh, ada kecenderungan tindakan yang lamban dari pemerintah kita. Tapi itu kecil prosentasenya. Kita saja sebagai warga Indonesia jarang mengangkat dan menyebarluaskan budaya sendiri, jadi bukan salah Malaysia apabila mereka mengklaim sebagian dari budaya kita adalah milik mereka” ujar Dosen Ilmu Hukum Universitas Katolik Indonesia Atmajaya Jakarta, Didik Setiyadi.

Setiap lapisan masyarakat sejatinya perlu berkaca diri. Tidak perlu menyalahkan siapa-siapa atas setiap kejadian klaim yang dilakukan oleh Negara lain terhadap Indonesia.

Beliau melanjutkan, harus ada progress yang dilakukan olah pemerintah, selain warga Indonesia untuk mengambil langkah tegas dalam mengupayakan hal yang perlu dilakukan, agar warga Negara lain merasa malu dan tidak lagi melakukan klaim budaya milik Indonesia.

“Perlu diingat bahwa kebudayaan yang dimiliki Indonesia jumlahnya tidak sedikit. Tentu masing-masing masyarakatnya perlu berpartisipasi. Tidak perlu memusuhi negara tetangga kita, Malaysia. Justru dari hal inilah kita bercermin, sudah seberapa jauhkan kita melakukan sesuatu yang membuat kita bangga dengan kebudayaan milik negeri sendiri” kata salah seorang mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Pelita Harapan, Audyta Firina Jane.

“Karena kalau bukan kita, siapa lagi?” ucap Audyta.

“Pesan untuk generasi muda: kenali budayanya, cintai negerinya” lanjut Paulina Dinartisti mengakhiri obrolan. (Eleonora Feberiani)

No comments:

Post a Comment