Sub Berita

Friday, December 7, 2012

Keberadaan Pengamen di Ibukota


Tri Susanty - Sosial

Dunia jalanan sungguh keras, dapat kita lihat disetiap ruas jalan, segelintir anak-anak muda yang mengadu nasibnya dijalan sebagai seorang pengamen. Ketatnya persaingan membuat mereka tidak bisa berkutik saat akan mencoba mencari pekerjaan yang layak. Tidak sedikit perusahaan yang memberikan syarat yang cukup memberatkan si calon pegawai. “Sebelumnya saya kerja di PT, cuma kalau di PT itu sekarang system kontrak,  system kontrak itu kan harus mengeluarkan dana, sedangkan saya gak punya dana untuk biaya kerja itu” ungkap Rudy, Pengamen Jalanan.

Pengamen bukanlah pekerjaan yang terlarang, namun banyak orang yang memaknai bahwa pengamen adalah pihak-pihak yang sangat mengganggu keberadaannya. “karena terkadang ada pengamen yang gak murni mengamennya, kadang ada yang sengaja mencopet sambil mengamen” ungkap Nita, mahasiswa semester 5.

“Pengamen jalanan sudah pasti mengganggu, sebenarnya itu tidak boleh mengamen dijalan. Dan sebetulnya itu sudah tugas Trantib untuk menertibkan.” Ungkap Aipda.Gatot Santoro.
Namun, ungkapan itu disanggah oleh Rudy, “Pengamen itu, bagi saya sendiri kalau dapat pekerjaan, saya bekerja. Bagaimana saya mencari uang yang halal, tidak mencuri. Sebenarnya pengamen yang menggaggu itu tergantung dari orangnya masing-masing. Lagipula saya tidak pernah berbuat cacat kok terhadap masyarakat.” Sanggah Rudy, yang sudah mengamen selama 3 tahun terakhir.

Tidak sedikit orang yang berprofesi sebagai pengamen mengatas namakan tidak ada pilihan pekerjaan lain, namun Aipda.Gatot Santoro menyangkal pernyataan tersebut. “Itu hanya pembenaran diri saja, itu pekerjaan orang malas, mereka masih muda, masih banyak pekerjaan kalau mereka mau. Lain hal kalau mereka mengamen untuk kreatifitas. Kalau kreatifitas, itu tidak mengganggu orang, mereka bisa show dimana saja, dilapangan, boleh itu, bagus. Tapi kalau mengamen di bus, didalam berdesak-desakkan, ada yang lagi tidur, sudah pasti kan mereka mengganggu.”

“Saya berharap Pemerintah melihat orang-orang yang ada dilataran bawah kayak saya, anak jalanan. Sebagai Bangsa Negara Indonesia, saya perlu bicara kayak begini. Jadi orang-orang kayak saya itu harus dilihat oleh para penguasa di Indonesia ini, apalagi di Jakarta yang sebagai Ibukota Negara.” Ucap Rudy, bapak muda beranak satu. 

No comments:

Post a Comment