Jakarta – Para pengamat budaya yang tergabung
membentuk sebuah komunitas lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ), menyimpulkan
bahwa kesenian barong landong yang menjadi identitas asli masyarakat Bengkulu terancam
punah.
“Pemerintah kota provinsi Bengkulu harus adil dalam
melestarikan kebudayaan yang ada di daerahnya. Tidak boleh menomorsatukan yang
satu dan menganak-tirikan yang lain. Karena sebenarnya Bengkulu memiliki ciri
tersendiri dari setiap keseniannya. Yang perlu dilakukan adalah mengenali jenis
keseniannya. Dan bisa juga kita mempromosikannya melalui sosial media seperti facebook,
twitter, dan tumblr” tanggapan dari seorang lulusan Sekretaris AKSEMA
Saint Mary, Ike Diah Rahmawati.
Selama ini, pemerintah kota provinsi Bengkulu hanya
memperhatikan upacara tabot, ikan-ikan, telong-telong. Terbukti semua jenis
kesenian dan permainan asli Bengkulu masih tetap bertahan, kecuali barong
landong.
“Ada rasa empati sekaligus bangga. Karena saya
adalah bagian dari warga Indonesia yang mempunyai kultur budaya yang harus
tetap dilestarikan” tuturnya menambahkan.
Kesenian ini diciptakan sebagai ungkapan rasa syukur
warga setempat setelah panen padi. Terakhir tampil tahun 1959-1960. Dan akan
diperkenalkan kembali pada Festival Tabot yang telah digelar pada 14 hingga 24
November 2012 dihadapan publik yang diharapkan mampu menarik perhatian warga
untuk meneruskan kesenian ini.
Manajer Bentara Budaya dari Kompas Gramedia (KG),
Paulina Dinartisti menyimpulkan bahwa terancam punahnya kesenian ini adalah
bukan sepenuhnya wewenang pemerintah dan pihak terkait saja, melainkan kita
sebagai warga yang sadar berbudaya yang seharusnya juga turut melestarikan
kesenian barong landong tersebut.
“Karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa
Indonesia adalah Negara yang mempunyai deretan kebudayaan asli milik bangsa
harus terus dilestarikan agar keberadaannya tidak tergerus oleh perkembangan
jaman dan modernisasi,” katanya menambahkan.
“Sebagai masyarakat Indonesia yang bangga dengan
budayanya, saya akan melakukan suatu hal untuk menyelamatkan Barong Landong
yang terancam punah. Caranya adalah membuat komunitas dan mulai menampilkan
acara kesenian ini dalam acara-acara daerah. Tidak perlu muluk-muluk untuk
membawa Barong Landong ke kancah dunia. Mulai dari dalam negeri dulu. Ingat,
semua hal yang baik harus dimulai dari diri sendiri yang effortnya bisa
mempengaruhi orang lain” ucap Dominique Eunisius, lulusan Desain Mode & Busana Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian
Jakarta (IKJ).
“Terancam punahnya
kesenian ini bisa jadi akibat dari kurangnya dana yang dianggarkan oleh
pemerintah daerah kota Bengkulu, sehingga tidak lagi diangkat dalam acara-acara
kesenian daerah. Semuanya perlu berpartisipasi untuk melestarikan budaya ini”
kata Paulina Dinastisti menutup perbincangan. (Eleonora Feberiani)
No comments:
Post a Comment