Teguh Aditama - Berita Ibukota
Kampung apung yang sempat menjadi
pembicaraan media massa tentang masalah banjir permanen atau banjir selamanya yang
menggundang perhatian dari awak media yang ingin membaharui dan menata kampung
apung menjadi kampung srtuktural dan kampung suplier, hal ini dibuktikan oleh keaktifan
dan kreatifitas dari masyarakat kampung apung dan kerjasama setiap orangnya,
dilihat dari banyaknya sektor, baik pembudidayaan lele yang menggunakan sistem
“terpal”, perkebunan sayur kangkung dan eceng gondok (bebandotan) dengan lahan
sekitar kurang lebih 700 meter kubik, dan kerajinan daur ulang dari sampah
bekas oleh ibu – ibu sekitar (dalam poses) walaupun masih banyak orang yang
gengsi mengolah sampah.
Musim hujan pada saat ini menjadi kendala untuk mengelola lahan yang mereka buat. Karena kenaikan air yang menggenangi rumah sekitar, membuat aktifitas terganggu. “belum ada bantuan dari pemerintah sampai tahun ini, pemerintah akan membantu pada bulan Desember 2012 ini, namun itu tidak terbukti dari pemerintah itu sendiri. Tinggal penghitungan hari saja maka akan berubah menjadi 2013, namun belum dapat bantuan dari pemerintah” ujar Juhri ketua RW saat ditemui di rumahnya. Bantuan yang datang bukan dari pemerintah bahkan bantuan yang datang dari donatur swasta yang peduli terhadap kampung apung. Bantuan itu berupa barang atau bahan mentah yang bisa diterima dari kampung apung seperti kak syahril sebutan anak – anak kampung apung yang menjadi guru sukarelawan di kampung itu “mendapatkan buku – buku pelajaran dan beberapa komputer dari donatur untuk masyarakat sekitar” saat diwawancaraai di rumah pintar kampung terapung. Juhri juga mencanangkan rumah pintar, perpustakaan, PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini), dan koperasi simpan pinjam wajib untuk masyarakat sekitar (hampir teralokasi/berjalan) yang dikelola oleh istrinya.
Warga sekitar kampung apung mendapatkan apresiasi dari semua kalangan baik mahasiswa maupun pihak – pihak yang membantu kampung apung itu sendiri. Yadi yang menjadi masyarakat pendatang senang bisa tinggal di kampung ini, dengan alasan “senang bisa menjadi masyarakat disini karena murah untuk biaya ngontrak dan dekat dengan pekerjaannya”. Salah satu program yang menjadi tahap awal pembicaraan adalah ingin membenahi lahan yang banjir yang bisa menjadi kampung seperti lainnya. Itu yang menjadi kendala cara mengatasinya.
Musim hujan pada saat ini menjadi kendala untuk mengelola lahan yang mereka buat. Karena kenaikan air yang menggenangi rumah sekitar, membuat aktifitas terganggu. “belum ada bantuan dari pemerintah sampai tahun ini, pemerintah akan membantu pada bulan Desember 2012 ini, namun itu tidak terbukti dari pemerintah itu sendiri. Tinggal penghitungan hari saja maka akan berubah menjadi 2013, namun belum dapat bantuan dari pemerintah” ujar Juhri ketua RW saat ditemui di rumahnya. Bantuan yang datang bukan dari pemerintah bahkan bantuan yang datang dari donatur swasta yang peduli terhadap kampung apung. Bantuan itu berupa barang atau bahan mentah yang bisa diterima dari kampung apung seperti kak syahril sebutan anak – anak kampung apung yang menjadi guru sukarelawan di kampung itu “mendapatkan buku – buku pelajaran dan beberapa komputer dari donatur untuk masyarakat sekitar” saat diwawancaraai di rumah pintar kampung terapung. Juhri juga mencanangkan rumah pintar, perpustakaan, PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini), dan koperasi simpan pinjam wajib untuk masyarakat sekitar (hampir teralokasi/berjalan) yang dikelola oleh istrinya.
Warga sekitar kampung apung mendapatkan apresiasi dari semua kalangan baik mahasiswa maupun pihak – pihak yang membantu kampung apung itu sendiri. Yadi yang menjadi masyarakat pendatang senang bisa tinggal di kampung ini, dengan alasan “senang bisa menjadi masyarakat disini karena murah untuk biaya ngontrak dan dekat dengan pekerjaannya”. Salah satu program yang menjadi tahap awal pembicaraan adalah ingin membenahi lahan yang banjir yang bisa menjadi kampung seperti lainnya. Itu yang menjadi kendala cara mengatasinya.
No comments:
Post a Comment